
“Kamu bagai senja, memberi sedikit keindahan pada pengharapan yang selalu aku banggakan. Kamu layaknya matahari pagi, memberiku semangat untuk tetap yakin pada apa yang aku perjuangkan. Namun, pengharapan yang kubanggakan hanya menjadi awan hitam di langit malammu. Menjelaga. Aku terima, jika memang kamu bahagia dengan bintang dan kesunyian malam.”
Zakir masih terdiam menatap jam dinding yang tak pernah bosan balik memandangnya. 10 Maret 2015 pukul 00.01 WIB, angin malam menusuk tubuhnya semakin dalam dan menyakitkan. Laki-laki 23 tahun itu masih saja membisu dengan sebatang rokok di tangan kanannya yang semakin habis dimakan angin. Pikirannya melayang-layang entah kemana, sepertinya kejadian beberapa jam lalu masih membuat perasaannya tidak karuan. Malang sekali kisah cintamu kawan, semoga cukup kali ini engkau merasakannya.
***
“Kita jadikan meet up?” Tanya laki-laki itu kepada perempuan di sebrang telpon sana.
“Jadi, nanti langsung ke rumah ku aja yah.”
“Oke, jam 19.30 aku ke rumah kamu”
“Iya, eh emang ada apa sih ?” Tanyanya heran.
“Yah kepo, nggak seru kan kalo aku kasih tahu.” Jawab si laki-laki dengan tawa kecilnya.
“Dasar, ya udah aku tunggu”
“Oke senja, see you.”
Laki-laki itu mengakhiri percakapan via telpon dengan hati yang penuh pengharapan. Senja Pratiwi, perempuan di sebrang telpon sana yang membuat Zakir kegirangan. Mereka bertemu satu tahun yang lalu di sebuah acara pagelaran seni. Zakir memang menyukai Senja dari pertama mereka bertemu namun ia belum berani mengungkapkan perasaannya. Entah apa yang ia sukai dari perempuan tersebut, namun yang jelas Zakir rela meluangkan waktunya berjam-jam hanya untuk mendengarkan cerita-cerita Senja. Aneh memang, cuma beberapa bulan setelah kenal mereka semakin dekat bahkan seperti dua makhluk yang sudah lama saling kenal.
Ada beberapa kesamaan pada diri mereka, seperti mereka sama-sama indigo, sama-sama pecinta kopi, sama-sama pemain karinding yang berbeda hanya jenis kelamin. Mungkin beberapa kesamaan itu yang membuat seorang Zakir Al-Fatih begitu mengagumi sosok Senja. Entah Senja tahu atau tidak lelaki yang selalu meluangkan waktu untuknya itu begitu berharap padanya.
***
“Kayanya nggak usah telpon, gua bikin surprise aja lah” Batinnya. Zakir ingin membuat sebuah kejutan untuk perempuan yang ia puja. Selepas isya dia bersiap untuk melancarkan misi terbesar dalam hidupnya “Nyatakan Cinta”. Seperti kerasukan jin atau makhluk astral lainnya, Zakir berbicara sendiri di depan cermin sembari tertawa seolah ada yang lucu di ujung cermin tersebut. Segera ia nyalakan sepeda motor kesayangannya setelah semua amunisi untuk misinya ia siapkan. Jarak antara rumahnya dan senja sekitar 30 Menit, masih satu kota namun jalanan pada malam hari lumayan padat oleh truk-truk besar yang entah mengangkut apa.
Pukul 20.00 wib Zakir sampai di sebuah gapura yang bertuliskan “Selamat Datang di Desa Jatiserang” hatinya semakin bergetar bercampur seperti bunga-bunga di tabur diatas kepalanya. Hingga akhirnya sampailah ia di depan rumah perempuan impian yang memiliki pekarangan cukup luas dan dinding bercat orange. Warna kesukaan Senja.
Ting tong suara bel rumah Senja berbunyi setelah ia tekan tombol di samping pintu rumah, kembali Zakir menekannya namun tak ada satu tanda pun di dalam rumah ada penghuninya.
“Aneh, apa senja ketiduran yah?” ucapnya dalam hati.
Karena khawatir Zakir membuka handphone yang di simpan di saku celana jeans yang ia kenakan, membuka BBM dan mencari kontak bernama 'Senja' “aku di depan rumah” hanya satu tanda ceklis terlihat yang artinya handphone Senja tidak terkoneksi internet atau handphonenya sedang tidak aktif. Benar saja berkali-kali ia coba menghubunginya lewat telephone hanya suara operator provider yang terdengar. Handphonenya tidak aktif.
“Mungkin Senja sedang keluar beli makanan” Pikirnya dengan tenang ia duduk di kursi yang ada di teras rumah tersebut. Meski mencoba untuk tetap tenang namun perasaannya kini berubah, tidak seperti sebelumnya. Zakir mulai resah, jam di tangannya terus ia toleh berkali-kali.
Hingga jarum jam di tangannya bergerak melewati angka sembilan Zakir masih menunggu perempuan itu dengan sabar namun penuh dengan kegelisahan. Kemudian terdengar suara sepeda motor mendekat dan berhenti tepat di depan gerbang rumah tersebut dan tepat di depan pandangan dan batang hidungnya. Zakir bangkit dari tempat duduknya.
“Hi zee, sudah lama ya? maaf aku tadi keluar dulu, Handphoneku mati.” Sapa Senja dengan memanggil zee nama yang khusus dia berikan kepada Zakir.
“iya, nggak apa-apa kok, ini juga baru sampai” Zakir mencoba menyembunyikan kegelisahan selama satu jam yang lalu ia rasakan.
“Kenalin zee, ini Dimas pacar baruku, Dimas ini Zee sahabat yang sering aku ceritain ke kamu.” Seorang laki-laki yang tadi memboncengnya membuntuti di belakang. Senja memperkenalkan keduanya dengan senyum dibibirnya.
Pacar?! Apa ini ? kenapa begini? Senja tak pernah cerita kalau dia punya pacar lagi Makinya dalam hati dengan raut muka yang tidak bisa dijelaskan antara senang dan kecewa.
“Zakir” Tukasnya menjulurkan tangan kepada laki-laki di depannya berusaha tersenyum ramah. Lebih tepatnya memaksa senyumnya tersungging.
“Dimas” jawab laki-laki tersebut membalas senyum yang ramah pula. Namun lebih ikhlas dan tidak dipaksakan.
“Masuk dulu yuk, Zee. Aku beli makanan tadi, kasian kamu udah nunggu lama.” Ajak Senja.
“Enggak Sen, aku nggak lama kok, cuma mau ngasih ini,” Tukasnya, menolak ajakan Senja sembari menyerahknan sebuah bingkisan pertama yang jelas terlihat isinya sebuah kotak kecil sedangkan kotak persegi kedua ukurannya lima kali lebih besar, sekitar tiga puluh sentimeter yang berhasil ia boyong di dalam box motornya, semoga saja bentuknya masih sama. “Happy Birthday senja, Semoga kebaikan selalu bersama kamu.” Ucapnya dengan senyum yang jelas sekali ia paksakan juga.
“Wah makasih banget Zakir sahabatku, ternyata kamu ingat ulang tahunku” perempuan tersebut kegirangan dengan kejutan dari Zakir. Tanpa ragu ia peluk Zakir “Terima Kasih sahabat, aku menyayangimu.”
Lelaki yang berada di samping Senja tidak berbuat apa-apa melihat yang katanya kekasihnya itu memeluk sahabat laki-lakinya. Mungkin karena label Zakir adalah 'sahabat' Senja.
Zakir segera melepaskan pelukan senja dengan lembut, merasa tidak enak dengan Dimas. “Sama-sama, Sen” Kembali senyum yang dipaksakan itu keluar dari bibirnya. “Aku pulang yah, masih ada kerjaan.” Pamitnya.
“Yah, serius mau pulang? Nggak asik nih.” Senja sedikit kecewa dengan Zakir yang tidak ikut menemaninya malam itu. “Ya udah deh, hati-hati di jalannya yah”.
Senyum perempuan itu yang mampu menguatkan langkah Zakir yang bergetar. Meskipun otot-otot di tubuhnya kian melemas. Zakir segera meninggalkan rumah Senja dengan hati yang penuh rasa kecewa. Beribu umpatan ia lontarkan dalam hati nya yang sedang tidak karuan. Sesal ikut membual dalam pikirannya.
“Gua salah, kenapa nggak dari dulu bilang kalo gua suka sama lo senja. Kenapa gua nggak tahu kalo lo udah punya cowok lagi, sahabat macam apa gua. Gua yang goblok, jual persahabat gua sama perasaan yang jelas-jelas nggak mungkin di bales sama lo senja.” penyesalan menemaninya selama perjalanan pulang. Suara suara sumpatan berbisik, alunan biola mengiringi lagu Berhenti Berharap Sheila on 7 seperti jelas terdengar di telinganya. “Aku pulang, tanpa dendam, kuterima kekalahanku” Zakir menikmati perjalanan pulangnya.
Umpatan yang lebih tepat disebut bergumam karena tidak jelas apa yang ia ucapkan masih terus berlanjut sampai ia tiba di rumah. Yang ada di pikirannya saat ini adalah dia orang tergoblok di dunia, menjadi manusia yang tidak bisa membedakan rasa. Ia terdiam, termenung, kenangan bersama Senja tempo dulu tersirat jelas tayang di depan matanya membuat emosinya semakin meluap. Kursi depan rumahnya menjadi saksi seorang lelaki yang kalah oleh perasaannya sendiri, logikanya selama ini telah terkalahkan oleh perasaannya. Seorang lelaki yang merasa dirinya paling payah. Hingga lebih dari dua jam ia duduk terdiam dan hanya ditemani rokok dan segelas kopi yang menurutnya bisa menenangkan keadaan yang ada.
***
Bing! Suara Handphone Zakir berbunyi menandakan ada satu pesan masuk.
“Senja.” Ucapnya kepada diri sendiri
Baru lima menit ia merasakan ketenangan, nama Senja kembali merubah suasana hatinya menjadi tidak karuan. Entah ia marah, kecewa, sedih atau merasa hina, yang jelas nama Senja di Handphone nya kembali mengingatkan kejadian beberapa jam yang lalu.
“Maafin aku Zee, aku nggak pernah peka sama kamu, maafin aku, jangan tinggalin aku.”
Isi pesan dari senja itu menggambarkan sebuah penyesalan yang dalam dari seorang perempuan. Senja sepertinya merasakan apa yang dirasakan oleh Zakir, namun ia masih tetap menganggap perasaan itu hanya sebatas sahabat. Senja sepertinya sudah membuka hadiah ulang tahun dari Zakir. Sebuah kue ulang tahun berwarna orange, diatasnya tertulis Senja Pratiwi serta lilin yang tak dinyalakan dengan angka 2 dan 3. Tak hanya itu, Zakir memberikan sebuah jam tangan yang tempo hari Senja pernah ceritkan bahwa ia menginginkan jam tersebut. Diselipkannya dalam kotak jam tangan tersebut sebuah surat yang sengaja ia buat mewakili setiap keping perasaannya terhadap senja.
Zakir hanya terdiam, kini ia makhluk paling dilematis, antara perasaan dan janji yang pernah iya sampaikan. Zakir, Kau buat lubangmu sendiri, kau tanam pohonmu sendiri namun kini pohonmu hanya berbunga tanpa berbuah. Apa yang akan kau lakukan?
Dear Senja Sahabatku,
Selamat Ulang Tahun Cantik, Semoga Tuhan selalu menjaga kamu dalam kebaikan. Maaf selama kamu kenal aku, aku belum bisa menjadi sahabat terbaik buat kamu. Kamu tahu kenapa aku memberimu jam tangan? bukan hanya karena kamu menginginkan jam tersebut cantik. Aku berharap jam ini selalu kamu pakai dan kamu bawa kemana pun kamu pergi. Aku pengen kamu tahu bahwa waktu tidak akan pernah bisa membuat aku untuk meninggalkanmu dalam kesenderian. Aku tahu waktu kamu tidak banyak, makanya aku pengen kamu hitung seberapa lama aku bisa menjadi seseorang yang berarti buat kamu, seseorang yang bisa bahagiain kamu lebih dari sahabat. Maaf Senja, aku tidak bisa bohong kalau aku sayang sama kamu lebih dari sahabat. Aku pengen selalu jagain kamu dari orang-orang jahat yang suka ngebully kamu di kampus. Aku nggak pernah malu punya sahabat seperti kamu, yang kata orang kamu adalah penyakit berbahaya. HIV/AIDS yang kamu derita nggak bisa halangin aku untuk tetap sayang sama kamu. Kamu ingat saat kita menebak-nebak masa depan? Jujur aku tidak berani menebak masa depan kamu, aku pengen kamu tetap hidup, HIDUP bersamaku. Seperti apapun kamu, seperti apapun kita dimasa depan, aku selalu belajar untuk tetap di samping kamu dan menjadi partner terbaik kamu.
Senja yang aku cintai, meski pada akhirnya nanti kamu tetap menjadi Senja dan aku dataran yang tak pernah sampai untuk menggapaimu, aku berharap bisa menjadi lelaki keren yang selalu kamu impikan. Aku tidak memaksamu menerima aku, lewat surat ini aku hanya mengungkapkan apa yang ada didalam hatiku selama ini. Sekali lagi Selamat Ulang Tahun Senja Pratiwi, Tetap menjadi bidadari senja dengan sayap jingga yang meneduhkan ujung hari-hariku.
Sahabatmu,
Zakir Al Fatih
Selamat Ulang Tahun Cantik, Semoga Tuhan selalu menjaga kamu dalam kebaikan. Maaf selama kamu kenal aku, aku belum bisa menjadi sahabat terbaik buat kamu. Kamu tahu kenapa aku memberimu jam tangan? bukan hanya karena kamu menginginkan jam tersebut cantik. Aku berharap jam ini selalu kamu pakai dan kamu bawa kemana pun kamu pergi. Aku pengen kamu tahu bahwa waktu tidak akan pernah bisa membuat aku untuk meninggalkanmu dalam kesenderian. Aku tahu waktu kamu tidak banyak, makanya aku pengen kamu hitung seberapa lama aku bisa menjadi seseorang yang berarti buat kamu, seseorang yang bisa bahagiain kamu lebih dari sahabat. Maaf Senja, aku tidak bisa bohong kalau aku sayang sama kamu lebih dari sahabat. Aku pengen selalu jagain kamu dari orang-orang jahat yang suka ngebully kamu di kampus. Aku nggak pernah malu punya sahabat seperti kamu, yang kata orang kamu adalah penyakit berbahaya. HIV/AIDS yang kamu derita nggak bisa halangin aku untuk tetap sayang sama kamu. Kamu ingat saat kita menebak-nebak masa depan? Jujur aku tidak berani menebak masa depan kamu, aku pengen kamu tetap hidup, HIDUP bersamaku. Seperti apapun kamu, seperti apapun kita dimasa depan, aku selalu belajar untuk tetap di samping kamu dan menjadi partner terbaik kamu.
Senja yang aku cintai, meski pada akhirnya nanti kamu tetap menjadi Senja dan aku dataran yang tak pernah sampai untuk menggapaimu, aku berharap bisa menjadi lelaki keren yang selalu kamu impikan. Aku tidak memaksamu menerima aku, lewat surat ini aku hanya mengungkapkan apa yang ada didalam hatiku selama ini. Sekali lagi Selamat Ulang Tahun Senja Pratiwi, Tetap menjadi bidadari senja dengan sayap jingga yang meneduhkan ujung hari-hariku.
Sahabatmu,
Zakir Al Fatih


0 komentar:
Post a Comment