Aku mencintai kedua bola mata yang tak pernah kulihat
Aku mencintai suara-suara tawa yang tak pernah kunikmati keindahan sudut bibirnya yang terangkat
Aku mencintai pundak yang tak pernah aku sentuh namun selalu menjadi tempat sandaran terbaik
Aku mencintai tubuh yang tak pernah aku rengkuh namun selalu membuatku terasa hangat
Aku mencintai tangan yang tak pernah aku genggam
Karena cinta tak harus bertemu
Karena cinta tak harus memilikimu
Kamu adalah pemeran utama dalam setiap cerita yang aku tulis diatas dedaunan yang meringkai jatuh meninggalkan ranting yang tak segera melecup
Kamu adalah pertanyaan yang kumaki diantara deburan ombak yang datang dan pergi meninggalkan pantai,
menghentak karang yang tegar tak pernah tersedu pilu
Kamu adalah ribuan kata yang tak akan pernah habis namun tak tersurat dalam dewangga jingga
Kamu adalah alerogi yang membuatku mengungkapkan rasa dengan cara yang berbeda
Kamu selalu menjadi sinestesia yang membuatku menyejuk ketika kamu sirami aku dengan rangkulanmu
Mungkin kamu adalah personifikasi diantara biru yang tersedu semakin hilang, diantara jingga yang semakin berjejal rasa tak ingin pulang
Bisa jadi kamu adalah paradoks yang membuat logikaku kalah oleh perasaanku padahal keduanya benar
Namun ternyata kamu adalah repitisi yang membuatku harus berulang kali menuliskan namamu dalam satu kalimat "Aku mencintaimu namun aku mencintai keikhlasanku"
Siapapun Kamu, kamu akan tetap menjadi metafora yang menjadikanku menjadi nona senja yang mengikhlas jingganya berlalu
Kamu tahu?
Senyummu adalah penawar obat dalam setiap rasa sakit yang semakin menggerogoti logikaku
Seharusnya kamu tahu rasa sedihmu adalah rasa kepahitanku, namun ternyata sandiwaraku terlalu hebat, aku menangis dibalik senyum yang harus kulontarkan agar kamu tak semakin menangisi kesedihanmu
Suara suara tawaku pula adalah sebuah kepalsuan ketika kamu justru lebih bahagia membalas senyum yang lebih ikhlas dari sudut bibir yang berbeda
Mungkin Tuhan semakin iba melihatku yang selalu menyeka air mata diantara kebahagian kamu dan dia
Dia menjauhkan kamu dan dia yang selalu kamu puja, sedang aku, aku tak ingin berselebrasi untuk menari atas kemenanganku
Justru aku semakin jatuh ketika mendengar bilur air matamu menetes diantara pekatnya malam yang mampu menyembunyikan tanganku yang semakin bergetar
Tangan ini ingin selalu menyeka air matamu namun tangan ini terlalu sibuk bersembunyi untuk menyeka kesedihanku
Aku memelukmu dengan senyuman simbol dalam kata meski mungkin tangismu tak juga reda, mungkin aku bukan penawar obat disaat kamu terluka
Mungkin kini teja semakin hilang namun kuyakin kamu akan mengawali langkahmu di ambang srimanganti yang tepat
Meski kini aku tahu hatimu sedang kosong, kamu berpura dalam tulisanmu supaya terlihat begitu tegar,
aku melihatnya, aku selalu membacanya
Kini aku melihatmu di ujung dunia sana, sendiri menikmati sepi diantara suara siulan angin
Menutup pintu hatimu yang takut kembali berharap
Lalu kubiarkan kamu tersenyum menikmatinya
Berharap kamu kembali bahagia entah dengan siapa
Aku mendengar suara suara hatimu berdoa dalam bias bias harapan
Aku mendengar suara suara hatimu memanggil dia yang pernah membuatmu bahagia
Aku mendengar suara suara hatimu bercengkrama dengan impian yang akan kamu mulai
Aku.. tak akan sedikitpun mengganggumu yang sedang goyah karena tak menemukan senyuman itu kembali
Aku.. tak akan sedikitpun menghampirimu untuk mengisi tempat yang pernah terisi
Aku.. tak akan sedikitpun merubah buku yang telah aku tulis
Buku yang aku akhiri dengan ending yang tak akan membuat kamu semakin jauh dari
Aku.. tak akan sedikitpun menambahkan dengan otoritas yang tak pernah aku miliki atas kehidupanku
untuk menjadikanmu menjadi pemeran utama yang berbeda,
kamu akan tetap menjadi tokoh yang aku tulis dalam judul, prolog dan epilog yang sama pula
Aku akan membuatmu bahagia sebagai pemeran yang telah kita sepakati
Sebenarnya aku tidak mencintaimu,
karena cinta bisa hilang satu detik kemudian
Karena aku bukan mencintamu yang ingin aku miliki
Aku bukan mencintaimu namun aku menyayangimu dalam keikhlasan yang aku gantungkan kepada Penulis Takdirku
Kamu tahu?
Aku ingin sekali bernyanyi bersama angin yang bersiul,
menyanyikan lagu ITU AKU - Sheila on Seven
"Ribuan hari aku menunggumu
Jutaan lagu tercipta untukmu
Apakah kau akan terus begini
Masih adakah celah di hatimu
Yang masih bisa tuk ku singgahi
Cobalah aku kapan engkau mau"
Ternyata aku tak sanggup menjadi pemeran utama dalam lagu tersebut
Kamu tahu?
Kini aku lebih menikmati lagu yang baru aku dengar beberapa hari ini
Lagu ini membuatku semakin yakin, aku akan lebih memiliki rasa yang indah tanpa mencintai harapan yang penuh dengan ambisi
Membuatku akan semakin merayu Sang Penulis Takdirku untuk bertemu dengan Pemeran Utama yang sebenarnya di kehidupanku kelak
entah kamu, dia atau mereka yang pernah aku pandangi
Ribuan malam
Menatap bintang dan harapan
Dan ribuan siang
Menahan terik penantian
Mungkin Tuhan ingin
Kita sama-sama tuk mencari
Saling merindukan
Dalam do'a-do'a mendekatkan jarak kita
Tuhan pertemukan
Aku dengan kekasih pilihan
Seseorang yang mencintai-Mu
Mencintai Rasul-Mu
di Multazam ku meminta
Ribuan pagi
Menatap terbit matahari
Dan ribuan senja
Menahan gemuruh di dada
Mungkin tuhan ingin
Kita sama-sama tuk mencari
Saling merindukan
Dalam do'a-do'a mendekatkan jarak kita
Hingga malaikat pun tersenyum mendo'akan kita
Menguatlah keyakinan dihati
Tuhan persatukan
Aku dengan kekasih pilihan
Seseorang yang kan menemaniku menuju surga-Mu
Halaqah cinta
Tempat hati bertemu
Halaqah cinta
tempat hati bersatu
Terima kasih sudah menjadi pemeran utama dalam buku yang begitu tebal,
menjadi pemeran utama dalam kisah yang begitu panjang
Terima kasih telah membuatku menyayangi "cinta dalam keikhlasan"
Terima kasih mengubah kehilangan itu menjadi sebuah keikhlasan
Terima kasih telah membuatku memiliki rasa cinta yang kuubah menjadi rasa sayang yang sesungguhnya
Terima kasih METAFORAKU
Aku mencintai suara-suara tawa yang tak pernah kunikmati keindahan sudut bibirnya yang terangkat
Aku mencintai pundak yang tak pernah aku sentuh namun selalu menjadi tempat sandaran terbaik
Aku mencintai tubuh yang tak pernah aku rengkuh namun selalu membuatku terasa hangat
Aku mencintai tangan yang tak pernah aku genggam
Karena cinta tak harus bertemu
Karena cinta tak harus memilikimu
Kamu adalah pemeran utama dalam setiap cerita yang aku tulis diatas dedaunan yang meringkai jatuh meninggalkan ranting yang tak segera melecup
Kamu adalah pertanyaan yang kumaki diantara deburan ombak yang datang dan pergi meninggalkan pantai,
menghentak karang yang tegar tak pernah tersedu pilu
Kamu adalah ribuan kata yang tak akan pernah habis namun tak tersurat dalam dewangga jingga
Kamu adalah alerogi yang membuatku mengungkapkan rasa dengan cara yang berbeda
Kamu selalu menjadi sinestesia yang membuatku menyejuk ketika kamu sirami aku dengan rangkulanmu
Mungkin kamu adalah personifikasi diantara biru yang tersedu semakin hilang, diantara jingga yang semakin berjejal rasa tak ingin pulang
Bisa jadi kamu adalah paradoks yang membuat logikaku kalah oleh perasaanku padahal keduanya benar
Namun ternyata kamu adalah repitisi yang membuatku harus berulang kali menuliskan namamu dalam satu kalimat "Aku mencintaimu namun aku mencintai keikhlasanku"
Siapapun Kamu, kamu akan tetap menjadi metafora yang menjadikanku menjadi nona senja yang mengikhlas jingganya berlalu
Kamu tahu?
Senyummu adalah penawar obat dalam setiap rasa sakit yang semakin menggerogoti logikaku
Seharusnya kamu tahu rasa sedihmu adalah rasa kepahitanku, namun ternyata sandiwaraku terlalu hebat, aku menangis dibalik senyum yang harus kulontarkan agar kamu tak semakin menangisi kesedihanmu
Suara suara tawaku pula adalah sebuah kepalsuan ketika kamu justru lebih bahagia membalas senyum yang lebih ikhlas dari sudut bibir yang berbeda
Mungkin Tuhan semakin iba melihatku yang selalu menyeka air mata diantara kebahagian kamu dan dia
Dia menjauhkan kamu dan dia yang selalu kamu puja, sedang aku, aku tak ingin berselebrasi untuk menari atas kemenanganku
Justru aku semakin jatuh ketika mendengar bilur air matamu menetes diantara pekatnya malam yang mampu menyembunyikan tanganku yang semakin bergetar
Tangan ini ingin selalu menyeka air matamu namun tangan ini terlalu sibuk bersembunyi untuk menyeka kesedihanku
Aku memelukmu dengan senyuman simbol dalam kata meski mungkin tangismu tak juga reda, mungkin aku bukan penawar obat disaat kamu terluka
Mungkin kini teja semakin hilang namun kuyakin kamu akan mengawali langkahmu di ambang srimanganti yang tepat
Meski kini aku tahu hatimu sedang kosong, kamu berpura dalam tulisanmu supaya terlihat begitu tegar,
aku melihatnya, aku selalu membacanya
Kini aku melihatmu di ujung dunia sana, sendiri menikmati sepi diantara suara siulan angin
Menutup pintu hatimu yang takut kembali berharap
Lalu kubiarkan kamu tersenyum menikmatinya
Berharap kamu kembali bahagia entah dengan siapa
Aku mendengar suara suara hatimu berdoa dalam bias bias harapan
Aku mendengar suara suara hatimu memanggil dia yang pernah membuatmu bahagia
Aku mendengar suara suara hatimu bercengkrama dengan impian yang akan kamu mulai
Aku.. tak akan sedikitpun mengganggumu yang sedang goyah karena tak menemukan senyuman itu kembali
Aku.. tak akan sedikitpun menghampirimu untuk mengisi tempat yang pernah terisi
Aku.. tak akan sedikitpun merubah buku yang telah aku tulis
Buku yang aku akhiri dengan ending yang tak akan membuat kamu semakin jauh dari
Aku.. tak akan sedikitpun menambahkan dengan otoritas yang tak pernah aku miliki atas kehidupanku
untuk menjadikanmu menjadi pemeran utama yang berbeda,
kamu akan tetap menjadi tokoh yang aku tulis dalam judul, prolog dan epilog yang sama pula
Aku akan membuatmu bahagia sebagai pemeran yang telah kita sepakati
Sebenarnya aku tidak mencintaimu,
karena cinta bisa hilang satu detik kemudian
Karena aku bukan mencintamu yang ingin aku miliki
Aku bukan mencintaimu namun aku menyayangimu dalam keikhlasan yang aku gantungkan kepada Penulis Takdirku
Kamu tahu?
Aku ingin sekali bernyanyi bersama angin yang bersiul,
menyanyikan lagu ITU AKU - Sheila on Seven
"Ribuan hari aku menunggumu
Jutaan lagu tercipta untukmu
Apakah kau akan terus begini
Masih adakah celah di hatimu
Yang masih bisa tuk ku singgahi
Cobalah aku kapan engkau mau"
Ternyata aku tak sanggup menjadi pemeran utama dalam lagu tersebut
Kamu tahu?
Kini aku lebih menikmati lagu yang baru aku dengar beberapa hari ini
Lagu ini membuatku semakin yakin, aku akan lebih memiliki rasa yang indah tanpa mencintai harapan yang penuh dengan ambisi
Membuatku akan semakin merayu Sang Penulis Takdirku untuk bertemu dengan Pemeran Utama yang sebenarnya di kehidupanku kelak
entah kamu, dia atau mereka yang pernah aku pandangi
Ribuan malam
Menatap bintang dan harapan
Dan ribuan siang
Menahan terik penantian
Mungkin Tuhan ingin
Kita sama-sama tuk mencari
Saling merindukan
Dalam do'a-do'a mendekatkan jarak kita
Tuhan pertemukan
Aku dengan kekasih pilihan
Seseorang yang mencintai-Mu
Mencintai Rasul-Mu
di Multazam ku meminta
Ribuan pagi
Menatap terbit matahari
Dan ribuan senja
Menahan gemuruh di dada
Mungkin tuhan ingin
Kita sama-sama tuk mencari
Saling merindukan
Dalam do'a-do'a mendekatkan jarak kita
Hingga malaikat pun tersenyum mendo'akan kita
Menguatlah keyakinan dihati
Tuhan persatukan
Aku dengan kekasih pilihan
Seseorang yang kan menemaniku menuju surga-Mu
Halaqah cinta
Tempat hati bertemu
Halaqah cinta
tempat hati bersatu
Terima kasih sudah menjadi pemeran utama dalam buku yang begitu tebal,
menjadi pemeran utama dalam kisah yang begitu panjang
Terima kasih telah membuatku menyayangi "cinta dalam keikhlasan"
Terima kasih mengubah kehilangan itu menjadi sebuah keikhlasan
Terima kasih telah membuatku memiliki rasa cinta yang kuubah menjadi rasa sayang yang sesungguhnya
Terima kasih METAFORAKU

0 komentar:
Post a Comment