RSS

Arti Sephiana

Dharma.. Dharma.. tolongin aku.. aku mau kamu cari buku itu sampai dapat...” Suara samar terdengar saat pelajaran sedang berlangsung, membuat punggung leherku terasa dingin. Kulihat bulu-bulu di tanganku mulai berdiri. Kuedarkan pandanganku di dalam ruangan kelas, semua siswa sedang berusaha konsentrasi mengerjakan tugas dari guru. Aku lihat Indra dan Dennis sedang diskusi.
“Dhar, kenapa lo? Tanya Fare yang menyadariku terlihat gelisah. Aku hanya menggeleng menjawabnya. Sekilas seperti seorang perempuan melintas di depan pintu kelas yang sedikit terbuka. Napasku mulai terengah.
“Ahh..!!” Aku teriak terkejut melihat ada seseorang duduk dilantai dekat meja guru dengan melipat lututnya.
“Dharma! Ada apa?” Teriak Bu Elis menyadarkanku.
“Nggak ada apa-apa, Bu”
“Ibu lihat dari tadi kamu gelisah dan tidak konsentrasi mengikuti kelas, kamu sakit?”
“Sakit hati kali bu” Teriak Difin membuat seisi kelas tertawa. Aku geram menatapnya. Akhir-akhir ini aku sering mengalami kejadian aneh. Mimpi buruk. Bahkan selalu dihantui bayangan-bayangan yang tidak jelas asal usulnya. Kadang aku tidak tidur semalaman. Lebih sering aku tidur diperpustakaan saat istirahat hingga Indra dan teman-teman lainnya membangunkan karena mendapatiku tidak ada di kelas.

^^^


Pelajaran bahasa Indonesia telah usai, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakan. Sebenarnya tidak ada satupun buku yang ingin aku baca, namun hati yang menuntunku ke tempat ini. Tempat yang dulu pernah mengajarkanku tentang kasih sayang, bahagia dan ketulusan sebagai seorang manusia sejati. Dulu tempat ini jadi saksi dua pasang tangan mengenggam satu buku, dua pasang bola mata memandang satu arah membaca tiap sabda yang tertulis. Dua hati berpadu menjalin dalam ketulusan, sebagai SAHABAT! Tempat ini menyajikan
ketenangan, ribuan kehangatan mata dalam keagungan.
Bosan! Aku tak mungkin hanya berdiam diri, tempat ini bukan tempat untuk menyesali keadaan yang sudah tidak mungkin kita ulang kembali. Akhirnya aku memutuskan untuk berdiri menelusuri setiap rak, setiap susunan buku yang tak ada satupun menarik untuk aku baca. Sampai pada satu rak aku menemukan buku yang dulu pernah kami baca bersama. Aku mengambil buku itu namun seseorang dari balik rak juga menarik buku yang sama. Lalu kubiarkan buku itu diambilnya. Aku mengalah. Mungkin orang itu belum pernah membacanya. Aku alihkan pandanganku kembali pada satu per satu buku yang mungkin bisa menenangkan pikiranku. Tiba tiba saja kembali pandanganku tertuju pada perempuan di balik rak yang tadi mengambil buku itu. Aku tak percaya dengan apa yang aku lihat.
DIA! Dia ada disini! Setengah berlari aku menuju kearah perempuan itu.
"Via!" Teriakku membuat seisi perpustakaan menoleh ke arahku.
"Ada apa Dharma?" Tanya penjaga perpustakaan menghampiriku.
"Nggak ada apa-apa, Bu" kataku lemas.
"Lain kali kalau di perpustakaan jangan berisik!"
"Iya, Bu" Kataku kemudian kembali mencari perempuan yang tadi aku lihat. Dengan perlahan aku kembali menelusuri rak-rak buku namun hasilnya nihil, tidak ada satupun perempuan di perpustakaan kecuali si penjaga saat ini.
Aku keluar dari perpustakaan dengan langkah gontai. Ada apa denganku hari ini, mengapa semua perasaanku selalu tertuju pada ruangan ini. Siapa yang tadi aku lihat?
"Dhar! Lo kenapa?" Seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh namun diam tak menjawab.
"Udah deh nggak usah menyiksa diri lo sendiri, gue tahu lo lagi kangen kan sama Via makanya lo datang kesini?" Tanya Indra seolah pertanyaan itu justru membuatku semakin sulit bernapas.
"Nggak tahu Ndra, tiba-tiba hati gue menuntun ke tempat ini. Dan lo tahu nggak? Tadi gue lihat ada Via disana. Dia ambil buku yang gue ambil juga di balik rak!" Jelasku yakin.
"Ah nggak mungkin! itu halusinasi lo aja kali, kan gue udah pernah bilang kalau lo kepikiran dia terus, dia nggak akan hilang dari pikiran lo! alhasil apa? lo berhalusinasi terus kan?" Tanya Indra. Keheningan beberapa detik terjadi. Aku tahu mungkin Indra sudah bosan melihatku terus seperti ini. Ini bukan kali pertamanya Indra menasehatiku namun keadaan masih saja tak berubah.
"Gue harus cari buku itu, Ndra!"
"Buku yang mana lagi sih? Petugas perpustakaan, Kepala Sekolah sampe guru-guru dan semua siswa udah cari buku itu Dhar. Mau nyari kemana lagi? Nggak ada yang bisa nemuin buku itu!" teriak Indra setengah sadar bahwa kami sedang berada di depan perpustakaan.
"Mereka udah nggak ada yang percaya lagi soal cerita tahayul lo itu"
"Lo ikut gue sekarang!" Tandasnya menarik lenganku menuju ke ruangan kelas yang tidak jauh dari perpustakaan.
"Ada apa? Kenapa muka kalian langsung kaget gitu?" Tanya Indra begitu sampai di kelas melihat Dennis, Fare dan Difin seperti sedang membicarakan hal yang serius.
"Gue punya sesuatu yang bakalan gue tunjukin sama lo Dhar! Sini deh!" Ajak Fare menghampiriku.
"Apa?"
"Gue nemu ini di blognya Via, mungkin bisa bantu lo buat jadi petunjuk" Kata Dennis memperlihatkan tabletnya.
"Apa ini?"
"Lo buka sendiri deh! Kita dari tadi nggak ada yang berani buka. Itu kayanya link video gitu.
Anak-anak pada ngomongin soal video itu di Twitter, Path, sampe ada yang BC soal video itu, Dhar!" Jelas Difin serius.
Setelah mereka menonton video itu ada beberapa yang mengalami kejadian aneh, katanya setiap ngeplay lagu yang dibawain sama Via di video itu suka ada suara cewek yang ikutan nyanyi juga, sama kaya kejadian kita waktu latihan sore-sore itu, Dhar” giliran Fare yang menjelaskan.
"Tapi kan udah lama Via nggak pernah buka lagi blognya. Postingan terakhirnya pun bulan Desember 2013" Kataku menyakinkan.
"Iya tapi tanggal upload di Youtubenya, lo liat sendiri deh!" Kata Dennis. Aku langsung mentouch link video tersebut.
"Tanggal 19 Januari 2014?"
Itu kan pas lo ulang tahun kemarin, Dharma!” Kata Indra.
Nggak mungkin lah!” Aku menepisnya tak percaya.
Ya lo lihat, Dhar! Masa iya ada yang bajak akunnya Via gitu?” Tanya Difin meragukan.
"Dharma!!!" Suara teriakan memanggil dari arah pintu.
"Guys! please tolongin gue! Ada siswa kesurupan di ruang seni" Kata Amec napasnya terengah
"Kok bisa?!" Tanya Dennis tak percaya.
Udah buruan kesana” Teriak Amec meninggalkan kami. Begitu sampai di ruang seni orang-orang sudah berkerumun. Dira? Aku melihatnya duduk memeluk lututnya seperti ketakutan.
Ada apa, Pak?” Tanya Indra kepada Pak Dede yang sedang berusaha menenangkan Dira. Ada Sonya dan Risa sahabat Dira yang juga mencoba menenangkannya.
Dira, Kamu kenapa? Sadar Ra sadar!” Kata Difin menghampiri kekasihnya.
Dira?”
Dharma! Dhar gue... gu.. gue mohon lo bantuin dia, kasihan dia Dhar...” Dira meringis ketakutan menggengam tanganku, aku semakin tak mengerti siapa yang dimaksud d-i-a oleh Dira? Aku memandang ke arah Risa bertanya.
Tadi kita lagi latihan Biola, terus gue dapet BC yang isinya link video, ternyata itu video youtube akunnya Via, terus Dira nonton video itu sendirian, gue sama Sonya nggak berani buka video itu karna orang-orang bilang videonya tuh rada horor. Tapi setelah selesai nonton Dira lempar hape gue dan dia langsung buka lemari yang ada disana. Tiba-tiba dia ketakutan setelah lihat ada gitar punya Via” Jelas Risa terengah.
Video? Apakah video yang dimaksud Risa adalah video yang tadi Fare, Dennis dan Difin tunjukan?.
Saya minta tolong sama semuanya untuk bubar! Biar saya yang tangani masalah ini” Tegas Pak Dede membubarkan beberapa siswa-siswa yang bergerombol penasaran.
Karena penasaran akhirnya aku pun membuka handphoneku mencari blog Via dan langsung melihat video yang dimaksud.
Selamat malam, hay aku Arti Sephiana, tapi orang-orang memanggilku Via, Aku mau berbagi cerita. Aku pernah dapat kado ulang tahun dari sahabatku Dharma, mungkin alasan dia ngasih gitar ini karena aku sudah berhasil memainkan gitar berkat ajarannya. Sekarang aku mau nyoba pertama kali nyanyi pake gitar pemberiannya ini. Dengerin yah.” Aku melihat Via mulai memainkan gitarnya. Kutahan air mata yang sudah diujung pelupuk mata. Melihatnya pertama kali memainkan gitar pemberian dariku waktu ulang tahunnya yang ke tujuh belas.

Dari awal ku tlah sadari
Tak mungkin kuberharap lebih dari ini
Sejak awal ku tlah mengerti
Tak mungkin sepenuhnya ku memilikimu

Hai .. kau yang bilang aku kekasih gelapmu
Silahkan pergi tak ku sesali ini ….
Dari awal ku tlah sadari
Tak mungkin ku berharap lebih dari ini
Ini hanya permainan hati
Antara hatimu dan hatiku

Dharma.. kita sudah lama dekat, kamu adalah sahabat terbaikku namun status sahabat itu membuat hatiku terus berontak memungkirinya. Dulu kamu pernah bilang kalo aku adalah sahabat setiamu yang akan selalu menjadi kekasih gelapmu. Kamu memang bercanda, tapi hati ini menangis mendengarnya. Mungkin yang namanya Sephia dimana-mana akan selalu bernasib menjadi yang kedua....” Via tersenyum sinis lesung pipinya terlihat, membuatnya semakin cantik.
Sungguh bukan aku jika aku menyembunyikan sesuatu dari kamu, karena aku telah berjanji untuk selalu terbuka kepadamu. Namun ada satu hal yang tak mampu kukatakan...” Via memetik gitarnya bersyahdu, kemudian melanjutkan syair lagunya. Namun tiba-tiba entah dari mana angin kencang berhembus membanting pintu ruangan. Semua siswa yang ada di ruangan berteriak. Aku tak peduli dengan keadaan, aku terus melanjutkan melihat Via bernyanyi dalam video tersebut.

Hai kau yang bilang aku kekasih gelapmu
Silahkan pergi ku baik-baik saja
Hai kau yg bilang aku ini sephiamu
Silahkan pergi tak ku sesali ini

Ku kan melupakan kamu
Takkan kusebut namamu bila nanti kita …
Bertemu kembali …..
Aku sayang sama kamu melebihi apapun, mungkin ini namanya cinta.. tapi kenapa aku sulit untuk mengatakannya? Setelah aku bisa mengatakannya mungkin aku harus pergi, karena aku tak sanggup melihat kebahagian kita sebagai sahabat terusik karena rasa yang salah ini...”

Kau tak perlu setia dihatiku
Sungguh ku pun tak pernah setia dihatimu
Kau tak perlu setia dihatiku
Sungguh ku pun tak pernah setia dihatimu

Video berdurasi enam menit dua detik itu terhenti. Ketika sadar melihat sekelilingku. Semua siswa berteriak mendengar suara pintu yang terus membanting. Tiba-tiba saja langit berubah menjadi gelap gulita. Hujan deras beserta angin kencang terlihat dari kaca jendela. Suasana semakin mencekam ketika lampu ruangan tiba-tiba saja mati.
Gelap! Semua masih berteriak ketakutan!
Via...! Kalau kamu memang benar ada disini, aku mohon, Vi! Aku mohon! Kamu dengarkan aku.. aku menyerah.. aku nggak bisa menemukan buku itu! Aku mohon Via.. aku.. Aku juga sayang sama kamu. Aku nggak mau kaya gini terus.. aku hanya ingin kamu tenang disana.. please hidup kita sudah berbeda.. dan sampai kapanpun kamu akan tetap berada di hati aku..” Aku teriak sebisa mungkin. Kemudian lampu kembali menyala. Namun hujan deras masih saja terurai walau anginnya sudah mereda. Sonya, Risa, Pak Dede dan beberapa siswa yang tersisa berhamburan keluar dari ruangan. Hanya ada Indra, Fare, Difin, Dennis dan Dira yang masih meringis ketakutan. Apa yang terjadi dibalik semua ini, kenapa Via melakukan ini?
Via meninggal sekitar tiga bulan yang lalu, itu berarti beberapa hari lagi adalah seratus hari kepergian Via. Via meninggal di ruangan ini. Aku yang pertama kali melihatnya bersimbah darah dengan sayatan di lengannya. Aku menemui Via saat itu karena ia ingin menunjukkan sebuah buku padaku. Sungguh heran biasanya kami membicarakan soal buku di perpustakaan bukan di ruang seni, meskipun kami adalah sama-sama anak seni. Orang-orang bilang Via bunuh diri, namun sedikitpun aku tidak pernah mempercayainya. Aku mengenal Via sejak dulu, aku tahu pribadinya bukan kriteria yang mudah menyerah. Sampai pada akhirnya kejadian-kejadian aneh terjadi setelah kematian Via. Saat aku sedang latihan band dengan teman-temanku, sering kali aku mendengar suara perempuan seperti mengikuti syair lagu, padahal tidak ada satupun perempuan disana. Dia juga sering mendatangiku dalam mimpi, terus-menerus menyebutkan sebuah buku. Selama ini aku berusaha mencari buku yang dimaksud Via. Bahkan ketika kutemukan Via meninggal di ruangan ini tdak ada satu bukupun saat itu di sampingnya. Hanya ada sebuah gitar. Gitar pemberianku yang ada di dalam video tadi.
Gitar?” Batinku. Aku langsung membuka sebuah lemari yang dimaksud Dira tadi. Setelah Via meninggal gitar itu aku simpan di lemari dengan alat musik lainnya sebagai simbol kenangan dari Via. Kubuka gitar yang di balut dengan softcase berwarna biru. Sebuah gitar bertuliskan ARTI SEPHIANA berwarna biru tua pula. Sesuai warna favoritnya.
Via...!!!” Aku berteriak sekeras-kerasnya dan memeluj gitar tersebut, air mata mulai merambas.
Penyesalanku semakin merajuk. Andai saja waktu itu aku langsung menemuimu di ruangan ini dan tidak mementingkan permintaan Sonya yang saat ini sudah menjadi mantan kekasihku.
Aku dan Sonya pacaran hanya sekitar tiga bulan, setelah kejadian itu aku memutuskannya karena pikiranku selalu tertuju pada Via. Waktu itu Sonya memaksaku untuk membuatkannya syair lagu.
Via! andaikan saja waktu itu kutahu jika kasih sayang kamu melebihi Sonya kekasihku sendiri. Mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Aku meringis menangisi penyesalan yang tidak akan pernah aku lupakan.
Dhar! Sudahlah.. Jangan lo tangisin Via lagi, dia pasti ikut nangis kalau lo kaya gini terus” Suara Indra kudengar berusaha menenangkanku.
Tapi Ndra! Coba waktu itu gue nggak datang telat nyamperin dia! Mungkin semua ini nggak akan pernah terjadi!” Tukasku berbalik badan menghadap Indra dan teman-teman yang lainnya. Aku menyerahkan softcase dan gitarnya pada Indra.
Lo lihat, Ndra! Gitar ini yang dulu ada disampingnya waktu gue nemuin Via bersimpah darah. Apa memang benar cerita orang-orang selama ini kalau Via meninggal karena bunuh diri? Kalau memang benar berarti gue yang udah bikin dia putus asa karna mungkin juga dia waktu itu mau bilang soal perasaannya tapi gue malah lebih mementingkan Sonya?” Kataku histeris.
Dira!! Dira kamu kenapa?!” Difin berteriak, kekasihnya mulai mengamuk. Difin terpental di dorong oleh Dira dengan kuat.
Dira kerasukan! Wajahnya pasi, tangannya mencengkram, Dira berteriak tak karuan. Sesaat kemudian kembali tenang tapi menangis lagi ketakutan.
Sayang..” Difin mendekati kekasihnya namun Dira terus meringis.
Dira, Lo kenapa?” Aku mendekatinya.
Dharma...” Suara Dira berat. Meringis.
Sonya.. Sonya yang bikin aku kaya gini..” Aku tak mengerti apa yang dikatakan Dira, tapi aku tahu ini bukan suara Dira, dari logatnya seperti suara Via. Ya! Aku tahu suara Via kalau lagi nangis dan sekarang apa mungkin Via sedang merasuki tubuh Dira?.
Via?!” Aku menggengam tangan Dira.
“Kalau kamu memang benar Via, aku minta maaf. Aku menyesal karena nggak tahu soal perasaan kamu. Via, aku juga sayang sama kamu, aku lebih merasa kehilangan kamu dibanding aku kehilangan Sonya setelah aku putisin dia!” Air mataku kembali membuncah. Tuhan.. benarkah ada roh Via di dalam sana.
Sonya... Sonya yang melakukannya...” Sonya? Via hanya menyebut nama Sonya. Apa yang udah dilakukan Sonya.
Gu.. gue.. gue mau panggil Pak Ustadz..” Teriak Fare ketakutan.
Jangan! Jangan Re!” tepisku. Lalu Dira atau memang benar Via. Dia menunjuk kearah gitar yang ada di tangan Indra. Dira kembali lemas terkulai dalam pangkuan Difin.
Dira.. Dira..!!” Difin berusaha menyadarkan kekasihnya. Aku langsung membuka gitar menggeledah gitar berserta softcasenya, mungkin saja ada sesuatu yang bisa aku temukan.
Buku?!” Benar saja. Di dalam kantung softcasenya ada sebuah Novel.
Mungkin ini buku yang dimaksud Via?” Kataku memandang semua sahabatku. Mereka hanya menatap heran. Aku buka satu persatu buku itu. Ada beberapa surat diantara lembaran novel.
Aku tahu kamu lebih sayang Sonya daripada aku. Lalu kenapa sikapmu berubah? Aku bisa menerima jika kamu harus memiliki kekasih siapapun orangnya! Tapi kenapa sikap kamu setelah itu berubah. Aku memang hanya sahabat kamu, tapi apa memang benar sahabat memiliki keterbatasan kasih sayang dibandingkan pacar. Bahkan kamu lebih percaya Sonya dibandingkan aku yang lebih lama kamu kenal. Kenapa kamu tidak percaya bahwa Sonya itu jahat! Dia berusaha memisahkan persahabatan kita! Dia cemburu jika kamu terus bersamaku. Kemarin Sonya datang ke rumahku, dia berlaku seperti preman dengan menuduhku yang tidak beralasan Dharma.. Asal kamu tahu! Sudah berapa kali Sonya mencoba mencelakakanku dan entah sampai kapan! Dan sekarang disini aku ingin memberitahukan apa yang terjadi selama ini, semoga kamu percaya kalau Sonya itu nggak baik buat kamu...” Air mataku kembali membuncah.
Kayanya gue kenal tulisan ini” Dennis ikut membuka surat lainnya.
Wihhh.. Serem amat!!!” Kata Fare terkejut.
Kenapa, Re?” Tanya Indra. Aku merebut langsung kertas yang sedang dibaca oleh Fare.
GUE NGGAK AKAN SEGAN-SEGAN BUAT BUNUH LO KALO MASIH DEKETIN DHARMA!” Berapa kertas semua berisi sebuah ancaman. Ini seperti tulisan Sonya?! Apa mungkin Sonya yang membunuh Via?
Ini kan recordernya Via, Dhar?” Tanya Indra menemukan sebuah recorder di kantong Softcasenya.
Tunggu deh! Waktu kejadian gue nggak menemukan apapun di softcasenya termasuk buku sama recorder itu, kan kalian tahu sendiri gue yang nyimpen gitar itu di lemari?”
Terus siapa yang masukin barang-barang ini di softcase gitarnya Via?” Tanya Dennis.
Aku..” Suara Dira lemas yang akhirnya sadar di pangkuan Difin.
Elo, Ra?” Tanya Fare. Aku mengernyit tak mengerti.
Tapi sumpah Dhar! Gue.. gu.. gue terpaksa bantuin Sonya, gue diancam Sonya karena gue udah telanjur tahu rencana dia!” Kata Dira ketakutan.
Maksud kamu bantuin Sonya apa, Yang?” Tanya Difin.
Sayang, Aku nggak salah... terpaksa!” Dira kembali meringis.
Iya, tapi maksud lo apa? Bantuin apa? Emang apa yang kalian lakukan, Ra?” Tanya Indra.
Sonya.. Sonya yang udah bunuh Via, Dhar...” Dira menangis memeluk Difin ketakutan.
APA?!” Tanyaku dan yang lainnya bersamaan.
Hah? Maksud kamu, jadi Via meninggal karna di bunuh Sonya?” Tanya Difin tak percaya. Begitupula aku yang terpaku. Napasku sesak. Aku tak percaya apa yang dikatakan oleh Dira. Aku membuka recordernya. Mungkin ada petunjuk lainnya juga. Terdengar suara alunan gitar bernada lagu yang sangat aku kenali.

Usap air matamu
Dekap erat tubuhku
Tatap aku sepuas hatimu
Nikmati detik demi detik
yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gundahmu…

Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali
Via dengan tulus menyangikan lagu tersebut. Namun beberapa saat
ada suara teriakan terdengar.
HEH!! GUE UDAH SERING BILANG YAH.. HARUS DENGAN CARA APA LAGI GUE KASIH TAHU ELO, CEWEK GATEL!!”
AW..!! SAKIT... SAKIT SONYA! LEPASIN!”
UDAH ABIS KESABARAN GUE, SEKARANG RASAIN INI!! SUPAYA LO TAHU DENGAN SIAPA LO BERURUSAN!”
DIRA! NGAPAIN LO DILUAR?! SINI BANTUIN GUE?!”
NGGAK.. GUE NGGAK MAU! PLEASE, NYA! LO JANGAN NEKAT!”
SAKIT, NYA! LEPASIN RAMBUT GUE...”
SONYA JANGAN!!!!”
RASAIN LO!”
Hening seketika, tidak ada lagi suara terdengar. Aku lemas berlutut tak percaya.
Nggak! Nggak mungkin! Nggak mungkin semua ini terjadi! Kenapa harus seperti ini?!” Teriakku.
Jadi waktu kejadian lo ada disana, Ra?!” Tanya Indra kepada Dira.
Tapi gue nggak lakuin apapun, Ndra! Gue cuma liat. Gue nggak bisa cegah Sonya!”
Tapi kenapa selama ini lo tutup mulut?” Fare ikut menghakimi Dira yang semakin ketakutan.
Gue diancam bakalan dibunuh Sonya juga, Re!” Tukas Dira.
Udah.. udah.. coba kita tenang dulu! Lo nggak liat Dira ketakutan gini?” Ungkap Difin memeluk Dira. “Sayang.. coba kamu ceritain pelan-pelan.. kita nggak akan nyalahin kamu kok, aku percaya sepenuhnya sama kamu”.
Waktu itu kejadiannya disini..” Napas Dira terengah. Wajahnya masih terlihat pasi, tangannya mengenggam erat Difin. “Setelah Sonya melakukannya, Sonya dan Risa langsung lari keluar. Sementara aku yang akhirnya ikut masuk masih terpaku melihat Via terkujur. Aku ketakutan! Aku nggak tahu harus ngelakuin apa, sementara aku tahu kejadian itu persis di depanku, Aku lihat ada recorder di samping Via yang ternyata masih ngerecording. Aku langsung mengambilnya keluar termasuk buku dan beberapa kertas yang ada di samping Via. Beberapa hari aku mengalami kejadian aneh, maka dari itu kenapa aku keluar dari sanggar seni karena aku takut, suara-suara aneh itu sering menghantuiku selama aku latihan diruangan ini. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menyimpan semua barang-barang Via di softcase gitarnya, berharap kematian Via bisa terungkap dengan sendirinya..”
Selama ini aku menyembunyikannya karena Sonya mengancamku. Kamu tahu sendiri kan, Yang!? aku berteman dengan dia hanya terpaksa. Terus dia bilang kalau sampai ada orang lain yang tahu kejadian ini berarti kamu juga pasti akan tahu. Aku takut kalau kamu tahu, kamu bakalan tinggalin aku, Difin!” Dira menunduk, Difin berusaha menenangkannya.
Iya aku percaya sama kamu, Sayang!” 
 
^^^

Setelah Dira akhirnya membuka mulut, aku menyerahkan recorder beserta semua surat-surat
kaleng yang berisi ancaman tersebut kepada pihak sekolah. Meskipun Sonya berusaha
mengelaknya namun recorder dan surat-surat itu sudah menjadi bukti kuat bahwa dia adalah
pelaku pembunuhan kematiannya Via. Bukan hanya Sonya, Risa pun terseret dalam kasus ini karena dia sudah berusaha membantu Sonya.
Dira? Bagaimana dengan Dira? Status Dira adalah saksi. Dira memiliki rekaman lainnya yang menjadi bukti kuat bahwa Dira juga korban ancamannya Sonya.
Arti Sephiana
Terukir nama yang indah diatas padungmu
Telah ku tabur bunga dan iringan dalam ayat-ayat suci-Nya
Tidurlah dalam kasih sayang
kan selalu menyimpan namamu
Tenanglah kau dalam pelukan-Nya
Cinta ini tidak akan pernah aku tinggalkan
Air mataku tumpah ketika seutas bunga mawar putih kusimpan di atas pusaranya. Penyesalan ini sungguh telah menyelimuti hatiku. Bagaimana bisa aku melihat selarik cahaya kasih sayang ketulusannya setelah ia tak bisa lagi kurengkuh.
Udah Dhar! Nggak usah disesali, biarkan Via tenang” Indra menepuk pundakku berusaha menghibur.
Kita doakan saja semoga Via berada di dalam Surga-Nya” Dennis turut berdoa.
Via, medali ini buat lo. Kita berhasil menang dalam parade band di sekolah berkat bawain lagu lo, semoga penghargaan dan lagunya menjadi simbol cerita tentang ketulusan cinta lo” Fare menunjukkan sebuah medali dan piala kemenangan yang baru saja kita raih setelah mengikuti perlombaan yang diadakan di sekolah.

^^^

Arti Sephiana! Sephia, bukan sekedar namanya yang menjadi simbolis dari penghilang rasa sepi ketika sedang sendiri, bukan pula arti yang kedua atau kekasih gelap apa yang dikatakan Via. Arti Sephiana bagiku adalah sebuah nama indah dari simbolis kesetiaan karena ia berusaha untuk tetap bertahan walau harus berujung dalam kematian. Aku, Indra, Fare, Difin dan Dennis mematenkan lagu yang dinyanyikan Via dalam video yang sempat membuat satu sekolah gempar itu menjadi lagu milik band yang sudah lama berada di sekolah ini dengan sebuah judul Surat Dari Sephia.
~ E N D ~

0 komentar: