RSS

Baik Disini Created By Admin Fanfict Lyla

Malam hari di sebuah rumah yang tidak begitu mewah. Seorang laki-laki duduk termenung di sudut ranjang tempat tidurnya. Seorang mahasiswa Semester tiga sebuah Universitas di Bogor itu terlihat begitu cemas, memikiran sesuatu.
“A makan dulu atuh” wanita paruh baya muncul dari balik pintu, mengajak Dharma untuk makan malam.

“Iya, Mi” balas Dharma kemudian mengekor dibelakang Ibu yang sejak kecil ia panggil Umi.
Di meja makan sama sekali tidak ada perbincangan. Umi yang biasanya sering mengajak bicara anak-anaknya saat dimeja makan, kali ini memilih diam. Begitu juga dengan Damar, kakak kandung Dharma.
Beberapa hari ini hubungan Dharma dengan Uminya memang kurang baik. Dharma yang memiliki hobby memainkan alat musik keybord, mendapat tawaran dari salah satu temannya untuk mangadu nasib ke Jakarta, membentuk sebuah grup band. Sementara itu, Uminya menentang keras. Bagi beliau menjadi anak band hidupnya identik dengan hura-hura dan mabuk-mabukan. Umi hanya mengijinkan Dharma ngeband di lingkungan kampus dan rumahnya saja. Untuk sampai berkarir di Jakarta, saat ini hanya mimpi bagi Dharma.

Dharma termenung lagi di kamarnya, apa yang harus ia lakukan?
Menolak tawaran itu demi menghormati Ibunya, atau menerima tawaran dan menentang Ibu kandungnya sendiri yang telah melahirkan dan menjaganya sampai saat ini. Ponselnya tiba tiba berbunyi...
“Jadi gimana Ma? Kapan loe berangkat ke Jakarta. Pokoknya band gue tinggal nunggu keputusan dari loe. Udah ada lagu, tinggal rekaman, pokoknya sekali rilis kita langsung terkenal” ujar Amec di telephone
“Aku juga belum tahu Mec, nanti aku kabarin lagi yah”
“Ya udah Ma, minggu ini loe harus kasih keputusan ya. Gue tunggu.” percakapan Dharma dan Amec via telephone pun terputus.
***
Seperti biasa, sebelum matahari menampakkan sinarnya. Sebelum Dharma berangkat kuliah. Ia pasti menyempatkan diri untuk membantu Umi dan kakaknya menyiapkan makanan yang dijual di warung makan milik keluarganya. Sejak Ayah Dharma meninggal, hanya warung makan yang beliau wariskan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
“Umi, besok Dharma teh mau berangkat ke Jakarta” ujar Dharma sambil memasak nasi goreng. Umi tetap memotong motong sayuran. Seolah olah tidak mendengarkan ucapan anaknya.
“Umi... tolong ijinin Aa atuh. Aa teh janji nggak akan ngecewain Umi sareng kang Damar”
“Emang kamu teh punya uang buat berangkat ke Jakarta?” Sahut Damar
“Sudah atuh Ma, kamu teh disini wae bantuin Umi sareng akang. Kan kamu teh masih kuliah” tambah Damar lagi kemudian pergi bekerja. Damar bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan asuransi.
Ada benarnya juga apa yang diucapkan oleh Damar. Kalau Dharma berangkat ke Jakarta, kuliahnya selama ini sia-sia.
Dharma pasrah, dua orang yang ia sayangi tidak memberikannya ijin untuk berangkat ke Jakarta. Selang beberapa jam Dharma menelfon Amec. Ia memberitahu kalau besok tidak bisa datang ke Jakarta.
***
Keesokan harinya seperti biasa Dharma membantu Ibunya di dapur, namun tiba-tiba Umi menyuruh Dharma untuk mandi dan bersiap-siap. Dharma yang tadinya bingung, akhirnya menuruti kata-kata Umi.
“sudah atuh A, kamu teh tidak usah bantu Umi. Katanya hari ini kamu mau berangkat ke Jakarta” Dharma tentu tidak percaya begitu saja mendengar kata kata Uminya.
“Umi teh gak lagi bercanda kan? Bukannya Umi gak ngijinin Dharma ke Jakarta?”
“A, Umi memang belum sepenuhnya ngijinin Aa, tapi Umi mau Aa buktiin atuh ke Umi sama akang kalo Aa teh bisa sukses dan jadi musisi yang baik disana” terang Umi, air matanya tak terbendung lagi
“Hatur nuhun pisan Umi” Dharma memeluk Ibunya bahagia
“Aa mah bakal buktiin sama Umi, Aa pasti bisa sukses”
Berkali-kali Dharma mengucapkan terima kasih kepada Umi dan kakaknya. Ia bingung, apa yang membuat Umi akhirnya mengijinkan Dharma pergi ke Jakarta? Entahlah, yang pasti Dharma bersyukur. Akhirnya mendapat restu untuk berangkat dan berkarir ke Jakarta.

Dharma langsung memberi tahu Amec kalau ia jadi berangkat ke Jakarta hari ini juga.
Siangnya Dharma menyempatkan diri untuk berpamitan di makam Abahnya.
“Abah... Dharma pamit nya, Dharma bade angkat ka Jakarta dinten ieu”
“Doakeun Dharma, Bah. Mugia cita-cita Dharma teh tiasa ka wujudkeun. Dharma janji, moal ngecewakan Umi sareng Abah. Dharma pasti tiasa bikin Abah bangga” senyum terkembang menghiasi wajah Dharma
Setelah memanjatkan beberapa do’a untuk Abahnya, Dharma melanjutkan perjalanan menuju stasiun bersama Umi dan kakaknya.
***
Sesampainya di stasiun, tibalah waktunya untuk Dharma berpisah dengan dua orang yang ia sayangi. Dharma berpamitan kepada mereka berdua, penuh dengan keharuan.
“Dharma... Jaga diri kamu teh baik-baik, teu kenging hilap kana shalat. Kalau nanti kamu teh jadi musisi yang sukses jangan lupa sama Umi, Kasep” pesan Ibu Dharma sebelum Dharma memasuki kereta
“Muhun Umi, Insya Allah doa’keun Dharma nyak, Mi” Dharma memeluk Ibunya, sambil menitikkan air mata.
“Nanti kalau sampe jakarta, jangan lupa telepon Umi yah”
“Pasti, Mi. Dharma pamit yah, Mi, Assalamua’alaikum”
Dharma memasuki kereta, melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan untuk Umi dan kakaknya.
Perjalanan Bogor- Jakarta memang tidak mudah untuk Dharma. Berat untuknya meninggalkan Umi dan kakaknya, tapi Dharma sangat yakin bahwa keputusan yang ia ambil saat ini akan membuahkan hasil yang memuaskan dikemudian hari.
***
Kurang dari setengah jam akhirnya Dharma sampai juga di Jakarta. Langsung menuju kontrakan milik Amec. Disana ia bertemu Amec, Fare, dan Rino. Mereka bertiga adalah teman Dharma saat SMA. Mereka pindahan dari Pekanbaru.
“Jadi kapan atuh Mec kita mulai rekaman teh?” tanya Dharma setelah beristirahat sejenak
Amec, Fare, dan juga Rino malah terkikik geli. Secara perlahan, Amec menjelaskan bahwa apa yang ia bicarakan lewat telephone beberapa waktu lalu hanyalah trick agar Dharma segera bergabung bersama band miliknya.
Sontak Dharma terkejut. Seolah dibodohi. Sebenarnya Dharma ingin sekali marah, tapi ia mencoba sabar dan tetap berpikir positif mungkin ini adalah awal dari perjuangannya.
***
Memulai dari awal. Membuat bagan lagu, mencari notasi, Rekaman dan demo lagu. Inilah kegiatan Dharma bersama teman satu bandnya selama seminggu terakhir. Selesai rekaman lagu itu beredar di masyarakat.
Namun gagal karena tidak banyak masyarakat yang menikmati lagu milik mereka. Itulah hasil dari perjuangan Dharma dan teman satu bandnya. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk bubar.
Dharma sempat frustasi, apa yang harus ia katakan pada Umi dan kakaknya. Handphone yang ada di tangannya sementara dibiarkan begitu saja. Ia mengurungkan niatnya untuk menelpon rumah. Sejak ia pindah ke Jakarta, baru beberapa kali Dharma mengubungi ibunya. Terakhir kali, Dharma meminta doa restu agar lagunya dapat diterima dan laris di pasaran.
***
Di rumah Dharma, terdapat kegelisahan dari raut wajah Umi. Hari ini beliau hanya memikirkan Dharma sampai-sampai tidak fokus memasak.
“Handphone Dharmanya teh gak aktif Mi” ujar Damar yang mencoba menghubungi adiknya. Tidak ada jawaban.
Umi langsung berfikir untuk berangkat ke Jakarta besok. Mencari tahu keberadaan anaknya tapi langsung di tolak oleh anak pertamanya.
“kita berdoa saja atuh Mi, mudah-mudahan Dharma teh baik baik saja”ujar Damar menenangkan Ibunya.
***
Beberapa hari kemudian Dharma memutuskan untuk menelfon Ibunya. Ia tahu bahwa Uminya sangat khawatir. Tidak mendengar kabar dari anak bungsunya.
“Assalamualaikum Umi” sapa Dharma lewat telephone
“Muhun Umi, Aa teh baik-baik saja disini. Maaf atuh Umi, aa baru bisa kasih kabar. Aa sibuk rekaman” berbohong. Saat ini hanya itu yang mampu Dharma lakukan agar Ibunya tidak begitu cemas mengetahui keadaan yang sebenarnya.
***
Setelah bandnya bubar. Dharma tidak lagi tinggal dikontrakan Amec.
Dharma tidak sengaja bertemu dengan teman kampusnya dulu. Yogi menawarkan tempat tinggal dan pekerjaan untuknya. Yogi memiliki usaha jual beli dalam bidang soundsystem. Awalnya Dharma menolak, ia merasa tidak enak atas penawaran temannya yang sebetulnya sangat ia butuhkan. Namun, lama kelamaan Dharma menerima tawaran itu.
***
6 bulan sudah Dharma bekerja di toko milik Yogi. Dari situlah ia belajar merakit sound system sendiri. Selain bekerja disana, Dharma juga sering menjadi additional player di beberapa band Indie.
Dharma sempat berfikir, bagaimana jika ibunya tahu bahwa ia gagal menjadi musisi seperti yang pernah di janjikannya??
Namun Dharma tetap santai. Ia selalu mencoba mencari peluang dalam setiap masalah. Ia yakin tidak ada masalah yang tak ada jalan keluarnya.
***
Malam ini adalah malam yang sangat membuat Dharma bingung. Ia baru saja mendapat telfon dari Ibunya, beliau membertahu jika besok malam akan berangkat ke Jakarta bersama Damar. Beliau ingin sekali bertemu dan melihat kondisi anaknya, yang katanya mulai sibuk manggung sana sini.
Mungkin ini saatnya Dharma harus berkata jujur kepada Umi dan juga kakaknya.
“maafkan Aa Mi, selama ini teh aa bohong sama umi sama kang Damar”
“tapi itu semata-mata Dharma lakukan agar Umi teh nggak khawatir sama Aa”
“iya Umi... tenang saja, Dharma teh baik disini. Nanti kalau Dharma sudah siap Dharma pasti pulang Mi” ujar Dharma via telephone. Sedikit menitikkan air mata. Sementara ibunya sudah dari tadi terisak.
***
Bulan ke 7. Dharma mengalami titik jenuh. Pekerjaannya hanya begitu begitu saja. Akhirnya Ia memutuskan untuk pindah dari rumah Yogi. Tak ingin berlama-lama merepotkan temannya, Dharma pun mencari kontrakan untuk tempat tinggalnya sendiri.
Berkat pengalaman yang ia terima saat bekerja ditempat Yogi, sekarang Dharma memproduksi soundsystem sendiri. Ia memberi nama Nuclear. Nu = new berarti baru dan clear berarti bersih. Jadi, setiap harinya Dharma ingin menjadi pribadi yang baru dan Fresh.
***
3 bulan kemudian, saat usahanya bisa dibilang sukses. Dharma mendapat telfon dari Amec.
“kali ini gue nggak bohong Ma, gue serius. Gue udah dapet vocalist sama bassist. Gue yakin, dengan adanya mereka pasti kualitas musik kita bisa lebih baik dari pada dulu”
“yaudah nanti aku pikir pikir lagi Mec”balas Dharma begitu saja. Lalu menutup telfonnya
Dharma ragu dengan tawaran Amec. Khawatir jika ia akan tertipu untuk kedua kalinya.
***
Keesokan harinya Amec dan Fare sengaja datang ke kontrakan Dharma. Membawa materi lagu, sebagai bukti agar Dharma percaya.
Setelah melihat materi tersebut, Dharma pun tertarik untuk bergabung kembali bersama Amec dan Fare. Hari itu juga mereka langsung menuju studio.
Disana Dharma bertemu dua personil baru. Naga sebagai vocalist dan Dennis sebagai bassist.
Dharma berbincang-bincang dengan Naga dan Dennis. Untuk mengenal karakter satu sama lain. Naga yang suka menciptakan lagu, langsung mendapat inspirasi dari cerita Dharma dan keluarganya.
“cerita loe boleh gue bikin lagu Ma?”tanya Naga
“hah? Oh, boleh-boleh saja.. Sok atuhlah” balas Dharma
Kemudian Naga mengambil gitar dan alat tulisnya. Hanya butuh waktu 10 menit, kertas yang awalnya bersih. Kini penuh dengan goresan tinta dari tangan Naga.
“bro, gue dapet lagu baru nih. Lo liat dulu liriknya” Naga menyodorkan kertas tadi kepada Amec, Fare, Dennis dan Dharma.
“Gimana bro?” tanya Naga
“gila bro, keren” puji Dennis
“gue jadi inget Umi dikampung” ujar Dharma
Lagu tersebut langsung disepakati untuk recording esok harinya. Mereka akan jadikan lagu tersebut sebagai single perdana sebagai demo, untuk mencari label.
Seminggu kemudian setelah melewati perjuangan keras. Mereka menemukan sebuah label, yang siap menggandeng band mereka.
***
Setelah semua lagu melewati proses recording. Mixing dan mastering, akhirnya album siap untuk dilaunching.
Sampailah tiba waktunya album mereka dilaunchingkan di salah satu mall ternama di Jakarta.
“Lagu ini terinspirasi dari cerita kibordis kami, lagu yang berjudul baik disini kami dedikasikan untuk Ayah dan Bunda tercinta terutama untuk Umi dan Abah dari Dharma”

Bunda senyumanmu perteguh mimpi mimpiku
Ayah suaramu pertegas perjuanganku
Anakmu bertarung menaklukan waktu
Mengejar cita-citaku
Jangan menangis bunda tercinta anakmu baik disini
Tak perlu khawatir ayahku sayang doakan aku disini
Kuakan melakukan yang terbaik
Semoga bahagia menantiku diujung waktu

Setelah launching selesai. Dharma terkejut dengan kehadiran Umi dan Kakaknya yang tiba tiba muncul dari balik venue.
“Umi” Dharma langsung memeluk Uminya erat
“Umi teh bangga A sama kamu, kamu berhasil buktiin sama Umi kalau kamu bisa jadi musisi yang hebat tanpa berteman dengan hal-hal yang negatif”
“Iya atuh Umi, Dharma bisa seperti ini teh juga berkat doa dari Umi”
Teman-teman Dharma pun ikut terharu melihat kejadian tersebut seperti ingin bertemu dengan Bundanya masing-masing yang jauh dari pelukan.
Begitu pula dengan Naga, air matanya terurai, tak mampu terbendung lagi merindukan kedua malaikat sang peneduh hatinya “Bunda, semua kulakukan demi engkau yang jauh dari pelukanku saat ini. Ayah, semua kupersembahkan untukmu. Doakan anakmu disini selalu menjadi yang terbaik. Doakan anakmu agar selalu dalam lindungan-Nya, begitupun diriku yang akan selalu meminta kepada-Nya untuk menjaga kedua belahan jiwaku setiap waktu. Teruntuk Sang Penduh Hati, Ayah dan Bunda tercinta...”

~ End ~

"Teruntuk anak-anakku yang jauh dalam pelukanku, percayalah selalu ada doa yang terbaik dalam setiap sujudku, dalam setiap sepertiga malamku. Ku tak ingin balas seribu dunia darimu. Syurga bagiku adalah kesuksesan dan kebahagian darah dan daging hidupku."
Goresan dalam setiap penggalan cerita diatas spesial dipersembahkan untuk kedua malaikat kita tercinta dan teruntuk para pejuang yang sedang dalam perjuangan di negeri singgah jauh dari pelukan Bunda, jauh dari dekapan Ayah. Jadilah darah yang mengalir dalam jalan menuju syurgaNya, jadilah daging yang mampu membuat mereka menjadi orang tua yang paling beruntung. Walau harus melewati terjal namun mampu menjadi yang terbaik adalah hadiah terindah untuk Para Peneduh Hati..

Love You Mom and Dad :*

terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca karya kami :)
jangan lupa komentar, kritik dan sarannya ya guys :)

Created By : Admin Fanfict Lyla
Facebook : Fanfict Lyla
Twitter : @FanfictLYLA

0 komentar: