RSS

SENJA YANG MERINDUKANMU

           Dear, Mas Karang . . .
You are perfect male figure that i created in my short story
Why did you come in my dream last nigth?
We met like when Lihawa met with Karang, after that you show a sense of disappointment when i was not a figure like Lihawa
Mas Karang, forgive me . . .
I want to see and meet with you again as a figure in real life
are you actually exist in real life , but who are you, Mas Karang?
Senja yang Merindukanmu

Bolehkah Kumerindu?

Langit!
Masih setiakah kau disana
dengan biru dan hitamnya rasa
Angin!
Masih sediakah kau
menjadi penyampai rasa
Bulan!
Masihkah sinarmu ada
Dan jangan biarkan rasa ini redup
menutupi kerinduan
Semoga hujan tak hadir diantara kita
yang membuat kerinduan menjadi badai
Badai!
Jangan biarkan rasa ini menghentak
mengotori setiap kesucian yang tersirat
Jika kerinduan adalah badai
Bolehkah Kumerindu?

SENJA YANG KURINDUKAN

    Malam itu suasana sangat ramai, semua orang terlihat begitu bahagia, akupun turut merasakannya. Merasakan begitu banyak rasa. Bahagia melihat akhirnya sahabat terbaikku menjadi perempuan yang sempurna. Sebelum nantinya insya Allah menjadi wanita yang sempurna. Aamiin. Terus kulantunkan doa sambil tersenyum menatapnya dari kejauhan. Haru kurasakan ketika menyaksikan bagaimana perjalanan hidupnya yang penuh dengan lika dan liku. Dari perempuan biasa yang tak mengerti apa-apa tentang kehidupan duniawi hingga menjadi perempuan 'nakal', sudut bibir kuangkat kala mengingatnya. Saat ini, luar biasa, subhanallah Allah telah memberikannya hidayah melalui laki-laki yang berada di sampingnya. Telah memberikan Ahyanti kehidupan yang baru, aku biasa memanggilnya Aya, dia teman, sahabat, saudara bahkan adik terbaik yang pernah aku milliki. Kami bersama sejak masih memperebutkan boneka barbie yang membuat kepala dan badannya terpisah, saling mencibir tentang nilai yang kami dapatkan di sekolah, hingga saat ini kusaksikan pula kehidupan barunya. Ternyata rasa ego juga membuatku harus bersedih malam ini. kuulas senyumku. Hari ini terakhir aku menjadi kakakmu yang penuh dengan aturan-aturan yang harus dipatuhi, yang penuh omelan saat kamu mencoba melakukan sesuatu yang tak pantas, menjadi saksi kesakitan saat semua kekasihmu ternyata tidak ada satupun yang setia. Cukup wajar untuk perempuan sepertimu, yang melewati masa remajanya dengan memiliki pacar lebih dari dua bahkan lima. 'Lihat nanti karma masih berlaku, Ya' selalu aku lemparkan kata-kata itu untuk membuatmu jera. Tapi ternyata adikku memang terlalu keras kepala dan masih belum bisa dewasa. Aku hanya memeluk dan mengusap punggungmu ketika perkataanku menjadi kenyataan yang membuatmu menangis semalamam. Sungguh aku selalu tersenyum geli mengingat semua tingkah lakumu itu. Ah sudahlah! Perasaan ini hanya akan merusak kebahagiaan semua orang.
“Li.. ngapain lu disitu, sini!” Perempuan dengan gaun yang menjuntai penuh keanggunan itu melambaikan tangannya kepadaku. Aku menghampirinya.
“Dari tadi gue cariin ternyata disana” peluk manjanya memang tak pernah berubah.
“Gue cari makanan”
“Ngapain cari makanan, Li. Mendingan cari calon suami.” Aya tergelak

Sebab Aku Angin (Helvy TR)

    Malam mengelam. Mendekap Batu Merah dengan segala kegalauan. Gerimis turun menyapa sunyi. Mengencerkan cecerandarah, di sepanjang jalan. Mengusir asap kepedihan yang mengepul, dari bangunan yang telah menjadi arang.
Kupandangi nona di hadapanku sekali lagi. Wajah hitam manisnya menyembul dari balik jendela kayu yang terbuka. Ia tampak lusuh. Jilbabnya kumal berdebu, compang-camping dan terkena percikan darah di sana-sini. Meski lelah, wajah keras itu tak juga berubah. Beku. Kaku. Sebilah tombak ada dalam genggamannya. Senjata itu dijulurkannya keluar jendela, lalu berkali-kali dihunjamkannya ke tanah.
"Cinta, menangislah," kataku dengan suara risau mendesau.
Perempuan itu menatap puing-puing bangunan masjid, di seberang kami.
Lama sekali."Beta seng bisa manangis,"suaranya bergetar, rahangnya mengeras.

Rindu Dikala Senja Tiba (Kehabisan Waktu)


Jingga kini berganti menjadi pekat, 
Awan hitam telah tiba
Hanya ada satu titik cahaya, 
Namun sungguh cahaya itu tak mampu
Membuatku berpandang
Andai aku mampu berlari mengejarnya, 
Kan kugenggam tanpa kulepas kembali
Dan kembali, kenyataan membuatku tak mampu meraih
Engkau bagaikan bintang dan aku hanya angin malam yang bimbang
Merenung ingin meraihmu
Semakin kutelak, Semakin kau hilang
Aku merindukanmu
Haruskah kita terdiam sampai kita benar-benar
Kehabisan Waktu untuk bisa bersatu” ~

Kehabisan Waktu


“Aku cemburu pada Sang Biru yang selalu bertemu dengan Sang Jingga setiap senja, walau hitam pekat akan memisahkan mereka, namun sekali lagi mereka akan bertemu seterusnya. Sedangkan aku menunggumu seperti menunggu pelangi saat hujan.. namun hujan itu tak kunjung menderai.. bahkan menggerimispun tak pernah... bahkan sebatang pohon bisa saja mati jika hujan tak pernah datang menyirami, apa jadinya aku hanya seorang manusia yang menantimu entah sampai kapan kau kembali...” Feby Rizky ~
“Kenapa manusia takut kehilangan? Padahal dirinya sendiripun akan hilang, maka aku biarkan semuanya berlalu perlahan, biarkan Tuhan mengatur sekreanio-Nya meskipun aku harus menunggu...” Indra Perdana Sinaga ~

Ketika Hati di Ambang Srimanganti

Kala senja . . .
Saat sang biru dan jingga berpadu
Ketika hanya air mata yang mampu bersabda
menerka lir burung pelatuk yang menari tingkar nadir
Silu tak mampu menghalau teja yang semakin hilang
Menghadirkan halau mentua melecap ranting yang tlah lama meringkai

Penaka gandrung yang justru membuatku gerun
Menghadirkan syubat di batas srimanganti yang seharusnya kita lalui

Haruskah mahabah ini merabas menjadi sebuah masyakah ?
Hanya telimpuh dalam peraduan
Telimpuh kepada-Mu Ya Rabb hatta awamatra

Ketika hati di ambang srimanganti
Meringkai walau mata t'lah menggerimis


‪#‎senja‬ ‪#‎biru‬ ‪#‎jingga‬ ‪#‎birujingga‬ ‪#‎puisiku‬ ‪#‎puisi‬ ‪#‎JPIN‬ ‪#‎story‬ ‪#‎storyonfriday‬ ‪#‎night‬